SejarahWarta Melawi

Aksi Heroik 15 November 1946 : LVRI dan PPM Melawi Akan Peringati Pengorbanan Pejuang Laskar Merah Putih

57
×

Aksi Heroik 15 November 1946 : LVRI dan PPM Melawi Akan Peringati Pengorbanan Pejuang Laskar Merah Putih

Sebarkan artikel ini

Wartamelawi.com – Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Panca Marga (PPM) Kabupaten Melawi, Nurpansyah, mengajak seluruh masyarakat untuk mengenang kembali peristiwa bersejarah pada 15 November 1946, di mana pejuang Laskar Merah Putih berjuang melawan kolonial Belanda dengan keberanian luar biasa. Pada hari itu, pasukan Batalyon MN.1001 Mandau Telabang, dipimpin oleh M. Samin, bergerak dari Nanga Pinoh menuju Sintang, memulai pertempuran tanpa perlengkapan yang memadai. Mereka berangkat hanya dengan tiga buah sampan dan senjata yang terbatas, tetapi penuh semangat demi membela kedaulatan Indonesia.

“Kami mengajak seluruh masyarakat Kabupaten Melawi untuk kembali mengenang perjuangan gigih para pejuang Laskar Merah Putih. Mereka melawan penjajahan Belanda dengan penuh semangat dan pengorbanan yang luar biasa. Peringatan ini bukan hanya tentang menghormati sejarah, tetapi juga untuk menanamkan nilai-nilai patriotisme pada generasi muda,” ujar Nurpansyah. Minggu (10/11/2024).

Perjalanan yang dilalui oleh Laskar Merah Putih merupakan perjuangan yang luar biasa, mencerminkan semangat tanpa kenal menyerah. Dengan tekad dan keberanian yang menggebu, pasukan yang dipimpin oleh M. Samin berusaha keras untuk menghadapi kekuatan penjajah yang jauh lebih besar. Berbekal semangat untuk menjaga kemerdekaan dan kedaulatan negara, mereka bertempur dengan segala keterbatasan yang ada. Pasukan Laskar Merah Putih menghadapi rintangan berat, namun semangat juang mereka tak tergoyahkan, meskipun harus meninggalkan keluarga dan berhadapan dengan risiko kehilangan nyawa.

Kisah Perjuangan Berani di Tengah Keterbatasan

Pengorbanan luar biasa Laskar Merah Putih Melawi-Sintang ini telah terdokumentasi dalam buku Perjuangan Rakyat Melawi-Sintang karya H. Aspar, SE, yang diterbitkan pada Februari 2005. Buku tersebut menggambarkan perjuangan berat yang dihadapi oleh para pejuang Laskar Merah Putih. Sebelum berangkat, mereka mengadakan upacara pelepasan sederhana di tepi sungai. Dengan pekik “Merdeka” yang menggema, mereka berpamitan kepada keluarga yang melepas kepergian mereka dengan linangan air mata, namun juga dengan rasa bangga. Tiga buah sampan yang mereka naiki menjadi saksi bisu perjalanan penuh tekad, meski hanya berbekal semangat dan cinta tanah air.

Ketika mereka melintasi desa-desa sepanjang perjalanan mereka, penduduk setempat memberikan dukungan moral dan materi, meski dengan terbatas. Rasa persatuan dan kesatuan antara pejuang dan masyarakat pun tampak sangat kuat. Masyarakat mendukung mereka dengan memberikan bekal seadanya, seperti makanan dan doa untuk kelancaran perjuangan. Keterbatasan perlengkapan tempur tak menghalangi semangat mereka untuk mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diraih. Mereka berjuang dengan gagah berani, meyakini bahwa setiap tetes darah yang tercurah adalah wujud dari cinta tanah air yang tak terbatas.

Di Kampung Kambot, pasukan mendengar suara motor yang menandakan kedatangan pasukan NICA, dan mereka segera bersembunyi di hutan. Saat itu, tiga kapal Nirub Belanda yang penuh dengan tentara tiba dari Pontianak, dipimpin oleh Komandan V. C. Lemens. Pasukan Belanda melakukan penyisiran menyeluruh di desa-desa yang mereka lewati, menahan beberapa pemuda yang dicurigai sebagai pemberontak. Ketika ketiga kapal itu mencapai Nanga Pinoh sekitar pukul 5 sore, suasana berubah menjadi sangat tegang. Pasukan Komando di bawah pimpinan Kapten Markasan dan Letnan M. Saad Aim segera menyusun strategi pertahanan dengan persenjataan seadanya.

Pertempuran Mematikan di Nanga Pinoh

Saat kapal Nirub Belanda mulai mendekat ke pantai, Utik, salah seorang pengintai pasukan Laskar Merah Putih, tanpa menunggu komando, langsung melepaskan tembakan ke arah kapal, sehingga terjadi baku tembak sengit. Meski pasukan Indonesia sangat terbatas persenjataannya, mereka bertahan dengan gagah berani. M. Saad Aim menginstruksikan agar pasukan menahan tembakan kecuali diperintahkan, guna menghemat amunisi. Saat tembakan semakin gencar, kapal-kapal Belanda bergeser ke tengah sungai, dua di antaranya mendekati Tanjung Serat dan yang lain masuk ke Sungai Pinoh. Posisi mereka diatur dengan strategi baru untuk menembak ke arah pantai dan melumpuhkan perlindungan kaum pemberontak di balik pohon-pohon.

Ketika tembakan dari kapal Nirub sedikit mereda, komandan M. Saad Aim memberi perintah untuk membalas tembakan. Awan tebal mesiu mulai menutupi pandangan, menambah ketegangan di tengah pertempuran yang terus berlangsung. Nirub mengubah posisinya, dengan satu kapal mendekati Kampung Paal di sebelah hulu pasar. Pertempuran jarak jauh ini terus berlangsung selama sekitar satu jam. Namun, karena minimnya amunisi, suara tembakan dari pihak pejuang semakin jarang terdengar. Pada saat yang sama, pasukan Laskar Merah Putih hanya memiliki dua senjata karabin yang digunakan oleh M. Saad Aim dan Taib, yang akhirnya habis peluru.

Dalam situasi genting ini, M. Saad Aim memberikan komando untuk mundur ke hutan dan mencari perlindungan sementara. Pasukan Belanda terus melancarkan tembakan dan perlahan bergerak ke darat, mengepung Kota Nanga Pinoh yang mulai diselimuti kegelapan senja. Malam hari, kedua belah pihak kembali mengatur strategi. Pasukan Belanda menempatkan posisi mereka di sekitar rumah Controleur dan mulai merambah setiap sudut kota, sedangkan kaum pemberontak berusaha melakukan perlawanan di bawah persenjataan yang sangat terbatas, hanya dengan senapan lantak. Situasi yang mencekam ini berlangsung hingga malam, dengan suara tembakan terdengar sporadis dari kedua belah pihak.

Peringatan 15 November untuk Menghidupkan Patriotisme Generasi Muda

Ketua PPM Melawi, Nurpansyah, menekankan pentingnya peringatan 15 November secara resmi khusus di Kabupaten Melawi dijadikan hari berkabung oleh pemerintah, agar tidak hanya menjadi acara tahunan, tetapi juga menjadi kesempatan bagi masyarakat, terutama generasi muda, untuk meneladani semangat perjuangan para pahlawan. Ia berharap peringatan ini menjadi pengingat abadi bahwa kemerdekaan Indonesia diraih melalui perjuangan keras dan pengorbanan yang tidak ringan.

“Dengan dijadikannya 15 November sebagai hari berkabung resmi di Kabupaten Melawi, untuk memasang Bendera Merah putih setengah tiang dan kegiatan bakti sosial dan ziarah ke makam pahlawan dapat terus dilestarikan sebagai bagian dari rasa syukur dan penghormatan kepada para pahlawan. Peringatan ini menjadi bentuk nyata bahwa kemerdekaan yang diperoleh bukanlah hadiah, melainkan hasil dari perjuangan tanpa pamrih dari para pejuang yang berkorban untuk kemerdekaan dan kedaulatan bangsa. Selain itu, semangat yang diwariskan oleh para pejuang Laskar Merah Putih menjadi inspirasi bagi masyarakat Kabupaten Melawi untuk terus menjaga persatuan dan meneladani nilai-nilai perjuangan yang diwariskan oleh leluhur mereka.” harap Nurpansyah. (Bgs).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250 Example 728x250 Example 728x250