Wartamelawi.com – Tahun 2024 akan menjadi titik balik penting dalam perjalanan Indonesia menuju masa depan yang lebih baik. Di tengah berbagai tantangan kompleks, pertanyaan mendasar muncul: apakah negara ini akan memilih jalur populis yang menekankan responsivitas terhadap keinginan rakyat atau memprioritaskan strategic thinking untuk mencapai tujuan jangka panjang?
Pendekatan Populis: Menghubungkan Pemerintah dengan Rakyat
Populisme adalah sebuah metode pendekatan politik yang bertujuan untuk menarik dukungan dari masyarakat yang merasa aspirasinya tidak didengar oleh pemerintah. Dalam pandangan ilmu politik, populisme menggambarkan suatu kelompok masyarakat yang terbagi menjadi dua bagian, yakni “the pure people” (the good) dan “the corrupt elite” (the bad). The pure people atau orang-orang murni ini digambarkan sebagai masyarakat yang dirugikan oleh para pemerintah yang korup (the corrupt elite). Populisme muncul akibat meningkatnya rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap status quo. Status quo adalah sebuah kondisi yang bergerak statis dengan tidak terlihatnya perubahan, penambahan, dan perbaikan didalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketidakpuasan ini biasanya terjadi pada ketidakstabilan ekonomi atau berbagai bentuk hak dasar yang diabaikan oleh pemerintah
Pendekatan populis dalam kepemimpinan seringkali dianggap sebagai cara untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyat. Pemimpin dengan pendekatan ini aktif terlibat dalam dialog langsung, mengutamakan komunikasi terbuka, dan memfokuskan pada kebutuhan sehari-hari masyarakat. Hal ini menciptakan jembatan penting antara para pemimpin dan warga negara, memastikan bahwa kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi dan kebutuhan riil dari masyarakat yang dilayani.
Penting untuk mengakui bahwa ketika pemimpin aktif mendengarkan dan merespons kebutuhan rakyat, ini bukan berarti mengabaikan visi jangka panjang. Sebaliknya, hal ini dapat memungkinkan pemimpin untuk memahami secara mendalam tantangan-tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, yang pada gilirannya dapat membimbing kebijakan jangka panjang yang lebih efektif.
Namun, penting untuk diingat bahwa kebijakan populis dapat memiliki risiko tersendiri. Terlalu berorientasi pada popularitas saat membuat keputusan dapat mengakibatkan penekanan pada kebutuhan jangka pendek, sementara kepentingan jangka panjang mungkin terabaikan. Oleh karena itu, sambil mendengarkan suara rakyat, kepemimpinan juga harus mempertimbangkan dampak jangka panjang dari setiap kebijakan yang diambil.
Pendekatan Strategic Thinking: Menciptakan Masa Depan Berkelanjutan
Di sisi lain, pendekatan strategic thinking menempatkan fokus pada visi jangka panjang dan perencanaan terinformasi secara mendalam. Pemimpin dengan gaya ini berusaha memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil sesuai dengan tujuan pertumbuhan dan keberlanjutan jangka panjang. Hal ini membawa manfaat dalam menghasilkan kebijakan yang terencana dan berkelanjutan.
Pendekatan ini memungkinkan pemerintah untuk mengidentifikasi tren jangka panjang dan mempersiapkan solusi yang komprehensif. Ini mencakup berbagai aspek seperti pembangunan ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan keamanan nasional. Memperhitungkan dampak jangka panjang dari setiap kebijakan adalah kunci untuk memastikan keberlanjutan dan stabilitas negara.
Namun, risiko dari pendekatan ini adalah memerlukan waktu untuk melihat hasil nyata dari kebijakan yang diambil. Proses analisis yang lebih mendalam juga dapat memperlambat respons terhadap masalah-masalah mendesak. Oleh karena itu, mengintegrasikan elemen dari kedua pendekatan ini bisa menjadi solusi yang bijaksana.
Mencari Keseimbangan yang Sehat
Pentingnya mencari keseimbangan antara pendekatan populis dan strategic thinking tidak dapat diabaikan. Kepemimpinan Indonesia pada tahun 2024 memiliki tugas besar untuk memimpin negara ini melalui masa depan yang penuh tantangan. Dengan mengambil yang terbaik dari kedua pendekatan ini, mereka dapat membangun fondasi yang kuat untuk pertumbuhan jangka panjang sambil tetap sensitif terhadap kebutuhan dan aspirasi rakyat.
Akhirnya, kesuksesan kepemimpinan tidak hanya diukur dari popularitas atau pencapaian jangka pendek, tetapi juga dari warisan positif yang ditinggalkannya untuk generasi mendatang. Indonesia membutuhkan pemimpin yang mampu memadukan kebijakan responsif dengan visi strategis untuk membawa negara ini ke puncak kesuksesan dan kesejahteraan. Dengan pendekatan yang bijaksana, Indonesia dapat membangun masa depan yang lebih cerah bagi seluruh rakyatnya.
Penulis : Ahirul Habib Padilah, S.IP., M.I.Pol. Dosen Ilmu Politik Fisip Untan