Wartamelawi.com – Desa Nanga Kebebu menjadi saksi pelaksanaan perdana Festival Budaya Katab Kebahan, Rabu (20/8). Pembukaan festival ditandai dengan tradisi makan bersama atau Berontang yang diikuti Bupati Melawi, Dadi Sunarya Usfa Yursa, Ketua DPRD Melawi, jajaran OPD, serta masyarakat setempat.
Tradisi Berontang merupakan warisan khas Katab Kebahan yang digelar setiap Rabu terakhir bulan Syafar. Tahun ini, momen tersebut semakin meriah dengan rangkaian festival budaya yang berlangsung selama tiga hari, 20–22 Agustus 2025.
Ketua Ikatan Warga Katab Kebahan (IWKK) Melawi, Yusli, menuturkan bahwa festival ini diinisiasi untuk menjaga kekayaan budaya lokal sekaligus mempererat persaudaraan masyarakat. “Kami ingin budaya ini tetap lestari, menjadi identitas bersama, sekaligus hiburan yang menguatkan kebersamaan,” jelasnya.
Yusli menambahkan, kegiatan ini terlaksana berkat dukungan WWF Indonesia dan Forum Pembangunan Berkelanjutan Melawi (FPBM). Sejumlah pertunjukan ditampilkan, mulai dari tari kreasi, jepin, silat, permainan tradisional hingga kesenian lokal lainnya.
Ketua FPBM, M. Firman, menegaskan pihaknya berkomitmen mendukung pelestarian budaya melalui kolaborasi lintas sektor. “Kami berharap festival ini bisa masuk agenda tahunan pemerintah daerah. Budaya Katab Kebahan adalah kekuatan masyarakat adat yang harus terus dijaga,” ungkap Firman.
Bupati Melawi, Dadi Sunarya Usfa Yursa, menyambut baik terselenggaranya festival perdana ini. Ia menilai kegiatan tersebut tidak sekadar ajang hiburan, melainkan juga media edukasi dan perekat persaudaraan.
“Festival ini menjadi momentum menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya leluhur, sekaligus memperkuat semangat persatuan,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Bupati Dadi menyerahkan Surat Keputusan (SK) Pengakuan Masyarakat Hukum Adat (MHA) Pasak Kebebu serta SK Penetapan Kawasan Penting Keloka Kebubu kepada Ketua Pasak Kebebu, Pati Amran. Ia juga menyampaikan bahwa Pemkab Melawi melalui Disdikbud akan mengalokasikan dana Rp50 juta untuk mendukung pelaksanaan festival tahun depan.
Selama tiga hari, festival menghadirkan berbagai atraksi seni seperti tarian, hadrah, dan bejepin. Sebagai penutup, agenda akan diakhiri dengan Seminar Budaya menghadirkan akademisi dari IAIN Pontianak. (Eko).