Wartamelawi.com – Tepat di depan rumah pengrajin, tampak berjajar beberapa patung burung Enggang dari bahan semen yang berlokasi di Gang Kariau, Dusun Sungai Putih, Desa Tanjung Tengang, Kecamatan Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi.
Hadi Prayitno, pria paruh baya ini tampak sedang sedang mengecat patung burung Enggang yang telah dibuatnya. Minggu (18/8/24).
Diketahui burung Enggang termasuk burung yang keberadaannya dilindungi oleh Undang-undang dan begitu bermakna bagi suku Dayak Kalimantan.
Dikatakannya, Patung-patung burung Enggang tersebut merupakan pesanan kepada dirinya dari pengelola salah satu Rumah Adat Dayak di Kabupaten Melawi sebanyak 4 empat buah. Ia mengaku tidak pernah mengiklankan produknya. Ia hanya mengandalkan strategi dari mulut ke mulut. Rata-rata patung buatannya dibanderol harga Rp 1.500.000 hingga puluhan juta.
“Patung berbentuk burung Enggang ini dipesan dan akan dipasang disalah satu Rumah Adat Dayak di Melawi. Saat ini saya hanya membuat patung berdasarkan adanya permintaan dan belum pernah di promosikan,” ungkap Hadi.
Hadi mengatakan, pengerjaan satu patung berbentuk burung Enggang sampai finishing diselesaikan dalam waktu 3-4 hari.
“Harga patung berbahan semen yang saya buat lebih murah. Ukuran paling kecil 1,5 mtr dengan diameter 50 cm harganya Rp. 1.500.000. Selain harga yang lebih terjangkau, proses pembuatan patung cor ini jauh lebih cepat dibandingkan patung batu ataupun kayu,” ucapnya.
Menurutnya dalam membuat patung, hal yang paling penting adalah rancangan awal serta mutu dan seni, memastikan bahwa patung yang dibuat akan menjadi karya seni yang indah dan tahan lama.
“Bahan yang digunakan untuk membuat patung burung Enggang terdiri dari besi cor, Kawat waring, semen dan pasir serta cat. salah satu kendala saat pembuatan patung saat perancangan awal menyesuaikan pesanan dari konsumen, pengerjaannya dimulai dari perakitan rangka gunakan rangka dan pengelasan besi beton,
Hadi Prayitno mengisahkan pengalaman dirinya saat masih tinggal Jawa pernah membuat beberapa patung seperti patung kuda, patung pahlawan atau monument.
“Salah satu contoh monumen Hambarukmo di Jawa Tengah salah satu yang pernah saya buat pada tahun 1977 silam, tidak tau sekarang apakah masih ada atau sudah direnovasi maupun diganti, untuk di wilayah Kalimantan baru kali ini,” kisahnya.
Dirinya pun siap apabila ada order untuk membuat Gapura maupun Pintu Gerbang sesuai pengalaman yang sudah pernah dikerjakan olehnya.
Tidak hanya membuat patung, keluarga Hadi Prayitno, sang istri juga memiliki keahliannya sebagai pengerajin anyaman berupa tikar, bakul, tas belanja dan lain-lain, berbahan dasar dari tali plastik dan daun pandan.
“Untuk jenis anyaman harga bervariasi, tergantung motif dan ukuran, antara 20-150 ribu rupiah,” imbuhnya. (Bgs).