DaerahWarta Melawi

Listrik 24 Jam, Permintaan Sang Budak Kepada Tuanya

69
×

Listrik 24 Jam, Permintaan Sang Budak Kepada Tuanya

Sebarkan artikel ini

 

Ahirul Habib Padilah, S.IP,,M.I.Pol          Tokoh Muda Melawi

Kebutuhan Tenaga listrik tidak bisa kita pungkiri karena merupakan kebutuhan pokok yang menyentuh setiap sisi kehidupan, mau tidak mau harus bisa terpenuhi demi penyesuaian terhadap tuntutan jaman yang kian melesat maju.

“Anggap saja ini merupakan sebuah analisa dasar dari sebuah permintaan anak kepada orang tuanya, rakyat kepada pemimpinnya, atau bahkan budak kepada majikannya. Dari kami “Tetangga Sebelah” yang merindukan keadilan”.

Kecamatan Sayan kurang lebih 498 KM dari Pusat Ibukota Provinsi Kalimantan Barat. Terdapat 18 Desa, 58 Dusun, dan 115 RT. Sementara itu, untuk jumlah penduduk di Kecamatan Sayan terdapat 5.567 Kepala Keluarga, 18.685 Jiwa. Dari 18 Desa yang ada di Kecamatan Sayan, diantaranya 14 Desa sudah teraliri listrik selama 12 Jam (17.00 WIB – 06.00 WIB). Sementara itu, 4 Desa lainnya belum sama sekali tersentuh pelayanan listrik.

Walau listrik hanya menyala 12 Jam di Tanah Betuah kami tercinta ini, kami sudah sangat bersyukur dan menikmati itu dengan berpikir bahwa ini lebih baik dari pada masih menggunakan pelita.

Namun, rasa syukur kami itu hanya sebagai manusia yang bekerja disawah dan ladang. Pada akhirnya, rasa syukur kami itu terbentur dengan berbagai tuntutan perkembangan jaman. Apakah kami tidak tidak bersyukur lagi? Tidak ! kami hanya realistis dengan berbagai tuntutan perkembangan jaman.

Pada Tahun 2022 ini memiliki trend yang luar biasa pada perkembangan teknologi. Pernyataan Jokowi yang mengatakan bahwa “masyarakat harus melek teknologi, PNS bakal diganti dengan Robot”.

Oalah pakde kami tercinta yang kebetulan saat ini mengemban amanah sebagai presiden, kami sampaikan bahwa kami harus dan sangat sangat ingin melek teknologi tapi kami tersudut oleh keadaan yang tidak memungkinkan.

Menyedihkan bukan? Jangankan berbicara PNS yang mau diganti Robot pak, bicara tentang Listrik aja kami tidak pernah usai.

Tuntutan perkembangan ekonomi, pendidikan, tekhnologi dan tuntutan-tuntutan lainnya yang harus kami ikuti dengan euforia sebagai pemain utama, namun ternyata kami hanya sebagai penonton yang sama sekali tidak berkelas.

Bila kita lihat Komitmen dan Visi PLN adalah menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, mengupayakan tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi dan menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan serta memberikan dampak pada perkembangan sosial masyarakat.

Hal tersebut di atas merupakan poin kunci yang mengikat keinginan kami semakin kuat. Berbagai permasalahan yang kami sendiri sulit menemukan solusi untuk memecahkan masalahnya jika tidak terjadi sebuah sinergisitas dalam upaya membangun dan mencapai keinginan dan cita-cita bersama.

Terpuruknya kami dalam Bidang Ekonomi

Pada sisi ekonomi merupakan sebuah konsep dasar dari kehidupan yang harus kita bicarakan pada arus utama kehidupan, sudah barang tentu kami sangat tertinggal, apakah karena kami malas? Bukan, tapi kami tersudut oleh keadaan.

Oleh karena listrik yang hanya 12 jam di Kecamatan Sayan, kami tidak memiliki Bank dan ATM. Dilihat secara ekonomi, ini menyulitkan kami untuk bisa bersaing dan berkembang secara ekonomi dengan Kecamatan lainnya.

Sementara ini kami harus melakukan transaksi melalui Bank atau ATM di Nanga Pinoh atau Tanah Pinoh. Dengan demikian, kami akan sulit menentukan pilihan untuk tetap belanja di Kecamatan Sayan karena selain ketersedian barang juga harga yang kompetitif.

Jika hal ini terus dibiarkan terjadi, maka selamanya kami akan menjadi budak dari perkembangan jaman, dan buruh bagi Kecamatan dan daerah lainnya”.

Terpuruknya kami dalam Bidang Pendidikan

Tentu, kita sama-sama menyadari bahwa tuntutan dalam dunia pendidikan pun harus disesuaikan dengan perkembangan fasilitas yang memadai, seperti pasokan listrik dan internet yang memadai. Listrik dan internet saling terhubung dan terkoneksi. Jika listrik tidak ada, maka sinyal provider dan internet juga tidak akan ada. jika pun sinyal provider dan internet tersedia dan listrik tidak tersedia maka harus merogoh kocek dalam-dalam agar bisa menikmati fasilitas tersebut.

Masyarakat Kecamatan Sayan sama sekali tidak diberikan pilihan lain selain harus merogoh koceknya dalam-dalam demi menikmati fasilitas tersebut. Jika tidak? Generasi penerus menjadi korban dari berbagai kebijakan yang menyulitkan generasi kami yang masih harus menempuh pendidikan.

Kami sangat mendukung penuh upaya pemerintah mengembangkan pendidikan berbasis digital, namun kami juga memohon dan meminta fasilitas yang memadai juga dihadirkan kedalam setiap kelas pada sekolah-sekolah di Kecamatan kami”.

Karena jika ada kebijakan tentu akan lahir sebuah program yang ikut serta didalamnya sebuah pengembangan fasilitas yang ada. Anak-anak kami yang sedang menempuh pendidikan saat ini mengalami kebingungan yang membuat mereka tidak lagi fokus belajar. Karena mereka dituntut untuk membeli handphone sebagai instrumen untuk belajar, harus mengakses pelajaran melalui jaringan internet dan UNBK yang membuat mereka harus kesana dan kesini untuk mencari fasilitas yang tersedia.

Tentu, semua sebab dan akibat dari berbagai kebijakan tersebut membuat beban orang tua dan masyarakat Kecamatan Sayan semakin bertambah dan menyulitkan keadaan yang tersinergi dengan tuntutan ekonomi semakin besar, namun penghasilan semakin kecil.
Semakin lama dibiarkan, maka akan semakin besar permasalahan yang muncul dan tentu membawa sebuah kerugian lintas generasi yang kami alami.

Penerbit : Syarif

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250 Example 728x250 Example 728x250