DaerahDesaWarta Melawi

Mengundurkan Diri dari Perangkat Desa, Pemuda Melawi Pilih Jadi Petani

23
×

Mengundurkan Diri dari Perangkat Desa, Pemuda Melawi Pilih Jadi Petani

Sebarkan artikel ini

Wartamelawi.com -Namanya Aldiansyah, seorang anak muda yang baru berusia 23 Tahun ini merupakan anak seorang petani dari Desa Pekawai Kecamatan Sayan. Aldi panggilan akrab disapa oleh kawan sejawatnya, dia memiliki hobby bermain bola kaki. Tidak ada yang spesial dari sisi kehidupannya selain dari kecerdasannya dalam bersikap dan mengambil tindakan.

Walau dari keluarga yang sederhana tidak membuat Aldi menyerah pada keadaan atau pasrah dan menerima apa saja yang terjadi dengan hidupnya. Dia hadir dalam kehidupan dan menentang kebiasaan-kebiasaan yang menjadi trend dalam lingkungannya.

Bagaimana tidak, anak muda bernama Aldi ini lebih memilih jalan kehidupannya sendiri yaitu sebagai petani dari pada jadi Perangkat Desa, atau mengikuti trend teman-teman sebayanya yang lebih suka pergi menambang emas ketimbang menjadi petani. Karena dalam persektif masyarakat dan lingkungan sekitar bahwa menjadi petani hanya urusan orang tua dan bukan merupakan pilihan utama. Menjadi petani seperti hanya menjadi pilihan ketika pilihan lain sudah tidak ada lagi.

Aldi pada awalnya merupakan salah satu dari Perangkat Desa Pekawai yang ditunjuk oleh Kepala Desa, disinilah saya mengenal sosok seorang Aldi yang begitu lincah dan sangat cerdas dalam menentukan sikap dan pilihannya. Keuletan dan ketekunannya dalam bekerja membuat saya berpikir anak ini akan menjadi sosok manusia yang hebat kelak nanti.

Pada akhirnya, saya mendengar kabar bahwa Aldi mengundurkan diri dari Perangkat Desa tanpa saya tahu kenapa dan mau apa anak ini. Sudah enak menjadi Perangkat Desa menggunakan seragam layaknya ASN malah mengundurkan diri, padahal banyak orang yang ingin menjadi dirinya yaitu menjadi bagian dari Perangkat Desa dengan gaji yang berjuta-juta.

Siapa sangka dan bisa menerka jalan hidup seseorang dan kegilaan dalam pilihannya. Saya sangka awalnya, Aldi akan menjadi anak muda lainnya pergi merantau atau ikut menambang emas. Itu lah bedanya Aldi dan anak-anak muda lainnya yang ada di Kecamatan Sayan.

Dia lebih memilih menjadi Petani sayur-mayur yang sebagian besar orang disekitarnya tidak yakin dengan pekerjaan ini. Dia justru hadir dengan darah mudanya beserta semangat gilanya untuk menekuni bidang ini. Saya lalu berujar “ini baru namanya anak muda”. Lalu saya tertarik untuk bersilaturahmi kerumahnya dan bercerita banyak hal sembari menikmati buah timun segar dari kebunnya.

Pertanyaan saya pertama adalah, kenapa Aldi mengundurkan diri dari perangkat desa dan memilih menjadi petani sayur-mayur? Lalu dia menjawab bahwa menjadi perangkat desa adalah sebuah tanggungjawab dan beban amanah yang besar serta hanya mendapatkan gaji bulanan. “Sementara kalau saya menjadi petani, saya mengatur dan memanajemen diri saya sendiri dan mendapatkan gajian tiap hari, minggu dan bulanan. Otomatis hitungannya lebih enak dan saya bisa menabung dan banyak waktu untuk berkegiatan lainnya tanpa adanya tekanan dari pihak manapun,”.

Lalu pertanyaan kedua saya adalah, kenapa tidak mengikuti trend saat ini yaitu harga emas yang mahal dan menjadi penambang emas? Lalu dengan semangat muda dia menjawab bahwa tidak terlalu suka pekerjaan yang memakan banyak waktu dengan hasil yang belum menentu. “Kalau saya menjadi penambang emas maka waktu saya dari pagi hingga sore bahkan malam akan habis disana tidak bisa berbuat hal lain,” ujarnya.

Saya pun akhirnya merasa bahwa dua pertanyaan tersebut sudah mewakili siapa sosok Aldi ini. Sosok yang memiliki pendirian dan ketegasan yang saya sendiri harus belajar darinya. Keluar dari zona aman dan nyaman dan memilih jalan yang sama sekali tidak populer. Kami pun bercerita banyak hal mengenai saya yang tergabung dalam grup whatsapp Petani Muda Berkemajuan Kabupaten Sambas yang saya sering malu melihat peran aktif anak muda Sambas dalam bertani. Anak-anak muda berusia 18 Tahun pun sudah memiliki ketertarikan dalam dunia pertanian yang luar biasa disana.

Sementara kita disini secara khusus di Kecamatan Sayan, saya melihat pola yang terjadi pada anak muda bahwa lebih memilih putus sekolah dan menjadi pekerja keras seperti penambang emas daripada menjadi petani. Lahan-lahan pertanian orang tuanya hanya dijadikan sebagai pelindung dari keterpurukan ekonomi ketika pekerjaan lainnya sulit. Kesadaran, keinginan dan keseriusan menjadi seorang petani hanya dimiliki oleh orang-orang tua renta yang berjalan pun sudah hampir susah. Padahal menjadi petani adalah mengembalikan kehidupan para leluhur kita yang bertani merupakan perpaduan konsep alam dan keseimbangan kehidupan manusia itu sendiri.

Penulis : Ahirul Habib Padilah

Editor    : Syarif

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250 Example 728x250 Example 728x250