ReligiWarta Melawi

H. Heri Iskandar : “Pawai Obor dan Masjid Juang, Semangat Baru Sambut Ramadhan 2025”

302
×

H. Heri Iskandar : “Pawai Obor dan Masjid Juang, Semangat Baru Sambut Ramadhan 2025”

Sebarkan artikel ini
Poto : H. Heri Iskandar, SH., MH

Wartamelawi.com – Bulan Ramadhan adalah waktu yang sangat dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia. Selain sebagai bulan penuh ibadah, Ramadhan juga diramaikan dengan tradisi-tradisi khas yang berbeda di setiap daerah. Menyambut bulan suci ini bukan sekadar persiapan spiritual dan fisik, tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan unik yang memberikan kesan mendalam bagi setiap individu.

H. Heri Iskandar, Ketua DPC PKB Melawi yang juga sebagai Anggota DPRD Melawi, saat ditanya tentang momen paling berkesan tahun ini, dengan penuh kegembiraan menyampaikan bahwa pawai obor yang diselenggarakan oleh BKPRMI menjadi salah satu pengalaman yang istimewa.

“Momentum ini bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga menjadi ajang mempererat kebersamaan dan melestarikan budaya kita. Saya sangat mendukung generasi muda untuk selalu mengambil bagian dalam setiap tradisi menyambut bulan suci,” ujarnya.

Selain itu, H. Heri Iskandar menyampaikan rasa terima kasihnya kepada H. Dadi Sunarya, Bupati Melawi, atas komitmennya dalam membangun Masjid Juang di tengah kota.

“Keberadaan masjid ini akan menjadi simbol semangat baru bagi kita dalam menyambut bulan suci Ramadhan dan Idulfitri tahun 2025. Pemerintahan di bawah kepemimpinan H. Dadi Sunarya benar-benar menghadirkan keberagaman Indonesia yang rukun,” tuturnya.

Tradisi Unik Menyambut Ramadhan

Di berbagai daerah di Indonesia, terdapat tradisi-tradisi unik dalam menyambut bulan suci. Salah satunya adalah padusan, yaitu tradisi mandi bersama di sungai atau laut sebagai bentuk penyucian diri sebelum memasuki bulan Ramadhan.

“Di beberapa daerah, tradisi padusan masih dilakukan sebagai simbol membersihkan diri, baik secara fisik maupun spiritual. Inilah kekayaan budaya kita yang harus terus dijaga dari generasi ke generasi,” kata H. Heri.

Selain itu, tadarusan Al-Qur’an juga menjadi tradisi yang kerap dilakukan oleh masyarakat saat menyambut Ramadhan. Banyak keluarga dan komunitas yang mengadakan tadarus bersama di rumah, masjid, atau tempat umum lainnya.

“Tradisi ini tidak hanya mempererat silaturahmi, tetapi juga menjadi cara yang menyenangkan untuk memperbanyak bacaan Al-Qur’an selama bulan suci,” tambahnya.

Pawai obor juga menjadi tradisi yang tak kalah menarik. Masyarakat, terutama anak-anak dan remaja, berjalan keliling kampung atau desa dengan membawa obor sebagai simbol cahaya yang menerangi jalan menuju bulan penuh berkah.

“Pawai obor adalah bagian dari semangat kebersamaan kita dalam menyambut Ramadhan. Tradisi ini harus terus dilestarikan karena menjadi identitas budaya kita,” ujar H. Heri.

Di Nanga Pinoh, tradisi membuat dan berbagi takjil menjadi momen yang sangat dinantikan. H. Heri berharap pemerintah dapat menyediakan tempat khusus untuk mendukung UMKM selama bulan Ramadhan.

“Saya berharap pemerintah bisa menyediakan tempat yang lebih terfokus untuk UMKM selama bulan suci. Ini adalah bulan penuh berkah bagi semua umat manusia, tanpa memandang perbedaan agama. Selain itu, pasar takjil juga menjadi sarana berbagi dan mempererat kebersamaan,” katanya.

Tak ketinggalan, makan sahur bersama juga menjadi tradisi yang masih dijaga di berbagai daerah. Keluarga dan komunitas berkumpul untuk bersantap sahur bersama, menciptakan nuansa kebersamaan yang hangat dan penuh keakraban.

“Tradisi sahur bersama ini bukan hanya tentang makan, tetapi juga membangun ikatan sosial yang lebih erat antarwarga,” tutupnya.

Dengan beragam tradisi ini, Ramadhan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga waktu untuk memperkuat nilai-nilai kebersamaan, solidaritas, dan keberagaman yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia. (Bgs).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Example 728x250 Example 728x250 Example 728x250